Saturday, January 24, 2009

Dialog or « one way » speech?


In most countries, in any time point in the history, greedy people of the world who try to win over other people, prefer to use less energy to get the most interest!

Dialog is not the best way to win millions of people’s mind in a short time. Says, 10 years is not enough. But yet it is the best way to make a deep understanding between people, in any circumstances.

What about charismatic? Can we win millions of people’s mind by being charismatic? Like Obama for example?

Do you actually think that Obama is charismatic at all?
Do you think that he won the election just merely hang on being charismatic?
Have you guys actually thought about what he did in the past?
He won the election because he worked hard! By dialog and helped other low class people without asking a penny!
This is the best way to move people in the first place.
If you think Obama just fight in the past 5 – 10 years to win this election, well you are wrong! He had been working hard in the past at least 25 years to get to this point. Without eating other people’s money!

There is no such charismatic charm that comes suddenly to you to win anything!
There is no such charismatic gene in biology that is inherited from his father/mother to their baby, and boom! The baby’s born and is charismatic!

So now you think one political leader is charismatic. And you say “Hey she is charismatic due to her inherited charismatic from his father”
Have you actually thought so?
And now you say again “Hey, he is charismatic due to his inherited royalty blood”
What is a royalty blood anyway?
And another is so charismatic because of being a military general or a very rich business man/woman? That has nothing to do with politic.
Do you actually believe that you guys were born differently than them? That they were were born with charismatic genes?
Can you ever think for once that Indonesian farmers and fishermans are also charismatic? They can spend not 8 hours a day working, but the whole day, and go home still have to work in the evening to get extra money to live!
There is no such charismatic! There is a hard work!

If Brad Pitt and Tom Cruise look charismatic, it’s because they are paid and raised by their sponsors to look so: by walking on red carpets and dressed in millions of dollars.
Otherwise they are the same as any other actors who also work hard for their careers.

If rich political leaders who just become charismatic in the past years only (instantly being charismatic) look like that, it’s for the same reason: paid by sponsors to look so! Just take their accessories like cars, airplanes, red carpert, podiums, and microphones (that are paid by people’s money) then they will look the same as others, or maybe lower.

So, if they are the same like others, then why they don’t behave like others? Like us? Sit together on the same level? Why they are always above the clouds and we are down here harvesting the floods, forest fire, hot mud, tsunami, broken school buildings, broken roads, broken bridges, poisonous food, poverty???

If Soekarno was being charismatic it was because he worked hard! Not just smiling around and being untouchable above the clouds!

So forget about charismatic as a reason to win other people’s mind.
Even, why on earth big parties become so obsessed about winning other people’s mind anyway?
Why not the people that should win the big party leader’s mind in the first place?
Imagine: One political leader gives commands to millions of people to follow his/her wish by speech! Isn’t that insane???
And now imagine: Millions of people free their mind and tell that one political leader to do the job that they want! That’s more make sense!

So why, up to this point, in any big Indonesian party political campaigns, it’s always that one political leader that shouts out loud to millions of people?? "I will bring this country here, I will bring this country there".

Think again…

think again…

think again…

Can you think of the reason?
In any countries, highly commercialized- political leaders must return the money he/she got from the sponsors for their campaigns.
This is why Obama made a clear statement that he would refuse any political lobies.

If you see TV commercials, they shout alot and repeatedly too to sell their products.
But do they ever listened and ask the consumers what the consumers want to say?
Hardly, their costumer service hotlines are always busy. Or afraid that we will ask what cheap synthetic poison they add in their product ingredients!
Same thing with big political party leaders: difficult to be joined for dialog!

So think again.
It’s us who must speak out during any political campaigns!

At the moment, not many political parties favour for dialog methods. Only few, and knowing that this method is not “controversial enough” or “provocative enough” to be covered by the media or press (TV, printed, internet), then these dialog favour- political parties are almost extinct.
But underground, they are at the moment still out there in the rural villages, in small cheap buildings, continuing open dialogs with rural people with or without a microphone. They don’t make much noise. But they will win, not soon, but sure. It’s a real hard work! And this is something to be appreciated!

Parpol2 lain yang berani dialog




Bila anda menemukan atau memantau suatu partai politik lain yang sering "berdialog terbuka" dalam kampanye nya, dan tidak cuma "orasi satu arah pakai mikrofon dengan ambisius", silahkan post kan di halaman komentar di blog ini.


Sebagai penulis, dan juga pemantau. Sangat tidak mudah menemukan parpol yg mengutamakan dialog. Karena dialog tidak menimbulkan "hinggar binggar" tereakan dan keributan, yang selalu ditimbulkan oleh kebanyakan partai besar. Untuk alasan yang terakhir ini, partai besar sangat mudah di-identifikasi. Karenanya bila anda adalah pengurus atau simpatisan parpol yang telah menikmati "dialog terbuka" pada saat kampanye parpol anda, silahkan hadirkan di sini.
Tidak banyak orang yang mampu berdialog secara terbuka, bahkan di keluarga kita sendiri, seberapa seringkah masalah dalam keluarga dipecahkan secara berdialog? Apakah keputusan selalu diambil oleh orang tua? Atau orang tua tidak berdaya dan mengabulkan segala rongrongan anak?
Bagaimana bila situasi tanpa dialog ini dibawa ke kancah politik? Pemerintah memutuskan segalanya tanpa dialog dengan rakyat? Atau pemerintah karena takut berdialog mengabulkan segala rongrongan para pengusaha korup? Mengabulkan perusahaan menebang semua hutan Indonesia demi menghindari dialog (dan menerima imbalan)?
Kapan pemerintah dan rakyat akan berdialog terbuka?
Rakyat tentu berani berdialog. Tapi apakah pemerintah dan calon pemerintah yang akan datang juga berani?
Anda yang menentukan.
Keengganan berdialog parpol di ciri2kan oleh beberapa gejala sbb:
1. Ketua parpol anda sulit dihubungi.
2. Ketua parpol hanya ber-orasi.
3. Saat ber-orasi, tidak ada waktu untuk "tanya-jawab"
4. Walaupun ada, waktu orasi yg lebih lama dibanding waktu untuk "tanya-jawab"
5. Saat waktu "tanya - jawab" ketua partai menghina pertanyaan anda karena tidak bisa jawab
6. Saat waktu "tanya - jawab" ketua partai mensupresi pertanyaan anda
7. Menghabiskan dana rakyat puluhan juta, ratusan juta, bahkan milyaran rupiah untuk pembuatan iklan, spanduk, dan alat2 kampanye.
8. Bila anda pengurus parpol, anda mengalami kesulitan untuk menyampaikan ide cemerlang anda.
9. Bila ketua parpol menerima usulan berdialog, dengan syarat hanya dengan peserta dialog yang sudah diseleksi karena tau akan masuk tv.
Bila gejala itu ada di partai anda. Mulailah menarik napas dan bertanya.


Evolusi: Bagaimana partai politik menjadi besar?

Anda bertanya: Bagaimana suatu partai politik menjadi besar. Sangat besar seperti dalam waktu singkat?

Bahkan dalam beberapa mereka menjadi besar secara instan?

Sekarang anda bayangkan anda sendiri ingin membuat suatu partai dan ingin partai anda menjadi besar seketika, apa yang anda butuhkan? Kharisma? Uang? Kekuatan supresif? Tampang kece ?

Tergantung dari berapa lama partai anda mau menjadi besar. Bila dalam jangka waktu renggang 1-5 tahun mengandalkan sekedar kharisma, bisakah?

Bagaimana dengan uang?
Uang saja tidak jalan. Politik uang harus didukung dengan politik supresif. Untuk mensupresif manusia yang tidak mau menerima uang sogokan. Namun politik uang-supresif adalah satu-satunya partai dapat menjadi besar. Dengan kondisi metode ini dihalalkan oleh hukum. Dan hukum Indonesia bukan hanya melegalkan politik uang-supresif, tapi juga "buta".

Kembali lagi ke kharisma. Bisakah meraup masa dengan kharisma? Bagaimana caranya? Lama sekalikah? Bisakah dalam jangka waktu 5 tahun sudah bisa meraup 30% suara rakyat?
Tentu saja tidak bisa! Mustahil malah. Walaupun dengan media masa tv, internet, radio, dan printed press, kharisma anda tidak bisa dirasakan dari jauh.
Sikap baik dan teguh anda kepada masyakarat satu kecamatan memerlukan waktu singkat saja untuk disebar luaskan dengan media. Namun kecurigaan apakah niat baik anda akan berlaku untuk seluruh Indonesia itu tunggu dulu. Mana buktinya. Buktikan dong.

Lain halnya dengan politik uang & supresif. Anda bisa langsung menerima nya, uang! Buat beli makan, transport pribadi, dan kemudahan lainnya.

Namun pernahkah anda bertanya dari mana uang itu datang?
Uang itu adalah uang anda sendiri. Uang anda yang hilang beberapa waktu lalu dicuri orang, dan orang yang mencuri sekarang memberikannya kepada anda sebagai tanda imbalan.

Tulisan ini tidak akan menyimpulkan sesuatu. Atau menyarankan sesuatu kepada anda pembaca. Bila saya menyimpulkan sesuatu dan mengharap anda menerima kesimpulan saya, itu namanya orasi, pemaksaan, dan supresi pikiran anda.
Melainkan, sebagai penulis saya percaya bahwa tukang bakso dan tukang cendol pun yang mungkin tidak memiliki pendidikan formal bisa menyimpulkan sendiri tulisan ini dengan pikirannya sendiri.

Penulis adalah simpatisan partai politik yang tidak takut berdialog. Partai politik apa saja. Hanya dengan dialog pikiran2 anda akan mencuat ke permukaan. Pada akhirnya, partai politik yang berhasil adalah diri anda sendiri. Karena setiap manusia secara individual memiliki idealisme sendiri-sendiri dan ingin mengungkapkan nya ke permukaan.

Politik diri anda sendirilah yang akan menjadi besar dalam waktu yang sangat singkat, tidak memerlukan media masa, uang dan supresif...




PNBK, PBR & PPI..... Partai yang berdialog

PNBK, PBR & PPI......parpol yang tidak berkampanye dengan berkoar menebar janji, namun berdialog dengan publik.

Dialog adalah dasar dari saling mengerti dengan sesama, merupakan dasar pengertian sesama rakyat Indoesia. Juga satu-satunya jalan untuk saling mengerti antara calon pemimpin bangsa dengan rakyat yang akan dipimpin.


Dialog adalah satu-satu nya jalan, dimana rakyat bisa menyalurkan aspirasinya kepada pemerintah.

Dialog adalah pembicaraan "dua arah yang resiprok", bukan "satu arah".

Partai politik besar di Indonesia, sebelum datang ke daerah untuk berkampanye sudah punya segudang hal yang harus disampaikan kepada publik. Walhasil mereka lupa bahwa publik juga memiliki hal penting yang akan mereka sampaikan kepada pemimpin partai.

Banyak partai politik berpedoman: Vini Vidi Vici = Datang, Melihat, Menaklukan.
Mereka datang dengan mobil atau pesawat ke suatu daerah (dibayar pakai duit rakyat), lalu mengibarkan bendera, logo, baliho, selebaran, dan berteriak-teriak tentang progam mereka, bersorak, saling bersalaman sesama pemimpin (pusat dan daerah), berfoto ria, lalu mereka pergi dengan gerombolan mereka, meninggalkan sampah selebaran yang lupa mereka bersihkan, guna menggoncang dan menaklukan kabupaten selanjutnya. Begitulah seterusnya. Apa gunanya? Dengan jadwal kampanye yang ketat, apakah mereka memiliki waktu untuk berdialog? Berdialog terbuka untuk mendengarkan aspirasi rakyat? Tidak! Mereka tidak hanya tidak punya waktu, tapi mereka juga takut berdialog!

Sebagai pengamat partai politik, saya meninjau beberapa partai politik yang menolak pedoman Vini Vidi Vici, yang nota bene adalah pedoman Romawi, bukan pedoman BUDAYA ASLI rakyat Indonesia yang jauh lebih rendah hati dan tidak pernah berniat sedikitpun untuk menaklukan siapapun di dunia ini, kecuali untuk duduk bersama, berdialog, dan berteman dengan hubungan yang sederajat.

Sejauh pengamatan saya, hanya Partai PNBK dan PPI sampai saat ini yg berani berdialog secara terbuka di setiap kampanye nya. Paling tidak untuk saat ini. Saya yakin partai-partai serupa akan bermunculan dalam waktu dekat, sejalan dengan panggilan keterbukaan dan ketidak takutan rakyat untuk berbicara dengan pemimpin nya. Karena pemimpin tidak lebih tinggi dari rakyat, tapi sederajat!

Di dalam PNBK dan PPI tidak ada sistem hirarki, birokrasi berbelit-belit, dan lebih menjunjung tinggi dialog daripada orasi.

Blog ini diciptakan sebagai jawaban alternatif bagi kalian yang mencari alternatif partai politik yang tidak mengobar janji, menghabiskan uang anggota partai dan rakyat untuk sekedar mendapatkan kursi. Namun memberikan pengertian bahwa perjuangan rakyat tidak bisa dimulai dari atas, tapi dari bawah. Perjuangan rakyat tidak bisa dimulai dengan orasi, tidak juga dimulai dengan mendengarkan saja. Tapi dengan dialog terbuka yang mutual.

Terima kasih,
atas nama simpatisan partai-partai politik yang:


1. Sederhana dan tidak berfoya-foya dengan uang rakyat,
2. Peduli lingkungan dan mengharamkan eksploitasi tanpa batas
3. Penggali budaya bangsa sendiri, bukan mengikuti budaya bangsa lain
4. Berdialog dengan kursi yang sederajat antara calon pemimpin & rakyat
5. Tidak mensupressi aspirasi dari bawah namun memecahkannya dengan berdialog


*)Blog ini dibuat secara sederhana, karena pembuatan blog yang kompleks membutuhkan uang rakyat & waktu, dua kekuatan tak berguna yang hanya dimiliki oleh partai-2 politik berduit.


**) Sesuai dengan cita-cita berdialog, semua blogers boleh memberikan komentar, kritik, atau caci maki. Semua komentar akan diterima dan tidak akan diedit.